Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin digital, banyak anak muda Indonesia yang tetap semangat untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren, salah satunya adalah Fira (Banafsa Ghafiera Al-Fatihah), siswi SMK Nahdlatul Ulama Balikpapan yang mondok di Pondok Pesantren Modern Al-Muttaqien Balikpapan. Fira, yang telah tinggal di pesantren selama empat tahun, berbagi kisahnya dalam sebuah wawancara dengan Tribun Kaltim.
Fira menceritakan bahwa awalnya ia ditempatkan di pondok oleh orangtuanya yang tinggal di Balikpapan, setelah pindah dari Tasikmalaya, Jawa Barat. “Saya disuruh mondok di Balikpapan biar dekat dan terpantau,” ujarnya saat diwawancarai pada Jumat, 18 Oktober 2019. Meskipun awalnya merasa sedih dan kesepian, Fira akhirnya merasa nyaman tinggal di pondok karena bisa makan bersama teman-teman, berbeda dengan kehidupan di rumah yang sepi.
Fira juga mengungkapkan bahwa ia lebih memilih kehidupan di pesantren karena bisa mengikuti perkembangan zaman dengan pendidikan agama yang baik. “Saya mengikuti amalan-amalan pondok dan pelajaran yang diberikan,” katanya. Sebelum mondok, Fira mengaku kecanduan bermain smartphone, namun kebiasaan itu berubah ketika di pesantren karena penggunaan gadget dilarang di lingkungan pesantren. “Saya bisa mengatasi kecanduan HP di sini,” ujarnya.
Di pesantren, Fira merasa bisa mendapatkan akses informasi melalui diskusi dengan teman dan guru, tanpa harus bergantung pada media sosial atau gadget. “Banyak cara untuk update informasi tanpa media sosial,” jelasnya. Fira menegaskan bahwa mengikuti aturan pesantren dan istiqomah adalah kunci utama untuk fokus belajar dan menghindari pergaulan negatif di masyarakat.
Fira berencana untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMK, tetapi ia ingin tetap tinggal di pondok untuk memperdalam ilmu agama. “Pendidikan dunia dan akhirat harus berjalan beriringan,” ujarnya. Ia juga berpesan kepada anak muda milenial yang masih ragu untuk mondok: “Mondok itu enak, banyak temannya. Jangan ragu, kalau ingin mondok, niatkan dari hati biar ilmunya barokah.”
Dalam memperingati Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, Fira berharap agar para santri di Indonesia dapat mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dan menyebarkan pengetahuan kepada lebih banyak orang, sehingga semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya. [tribunnews]
Leave a Reply